Kamis, 17 November 2016

CERMIN KEMERDEKAAN



Sulit tuk dimengerti bagaimana keadaan zaman sekarang yang serba ada ini. Banyak orang mengira bahwa di zaman yang serba enak ini bakal banyak kebahagiaan, namun kebahagiaan yang ada hanyalah kebahagiaan yang semu. Banyak terjadi perpecahan yang terjadi baik di kalangan atas maupun kalangan bawah. Kalangan atas banyak politik adu domba yang seharusnya tidak mengikuti alurnya, tapi malah semakin panas dan berujung ke meja hijau. Kalangan bawah terjadi perpecahan antara elemen masyarakat baik orang tua maupun anak muda. Si orang tua mempermasalahkan yang seharusnya tidak dipermasalahkan sampai melibatkan semua orang, seperti hanya karena masalah antar pribadi tapi berujung perkelahian antar kelompok. Kalangan muda terjadi tawuran, hanya karena biar terlihat keren seperti yang ada dalam tayangan televisi. Dan banyak lagi perpecahan yang terjadi di NKRI ini.
Zaman dahulu berperang dengan para penjajah yang ingin menguasai NKRI ini, dengan gagah dan berani para pejuang mengorbankan jiwa dan raganya untuk KEMERDEKAAN INDONESIA, tek peduli nyawa yang menjadi taruhan mereka. Saat peluru dari senapan sudah menembus dada,  dengan suara lantang mereka berteriak “ MERDEKA..” seolah tak terasa bahwa peluru telah menembus dada-dada mereka yang ikhlas dengan keadaan mereka yang tertembus peluru. Hasil itulah yang membuat Negara ini merdeka yang artinya bebas dari penjajahan dan bebas dari bentuk perpecahan dan diganti dengan persatuan.
Seolah tak sadar dan pura-pura tidak ingat dengan kejadian masa lampau bagaimana para pejuang dengan gagah berani memerdekakan Indonesia dan mempertahankannya, zaman sekarang malah lebih menggoyahkan bahkan menghancurkan NKRI yang sudah merdeka ini. Seharusnya, kita sebagai generasi penerus bangsa, harus selalu ingat akan perjuangan para pahlawan kita dengan selalu mempelajari dan memahami sejarah bangsa kita sendiri, supaya kita sadar apa yang harus dilakukan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Tidak lupa pula supaya menghindarkan kita dari perpecahan yang nantinya membuat NKRI ini menjadi pecah.

Selasa, 15 November 2016

MATA TERPEJAP



Siang itu aku berdiri di depan kelas dengan melihat tetesan air hujan mengenai sarang laba-laba. Sang laba-laba pun mencari tempat teduh untuk melindungi dirinya dari air hujan. Begitupun dengan daku yang melindungi diri dari derasnya air hujan yang turun selasa sore itu. Begitulah yang terjadi kala musim hujan terjadi, banyak orang-orang berteduh untuk melindungi dirinya dari air hujan. Aku yang berpakaian baju berwarna putih dan celana abu-abu ini setia menunggu derasnya hujan bersama teman-teman lainnya. Disebrang kelas kulihat seseorang dengan berpakaian yang sangat tertutup dengan bawahan yang hamper menutupi sepatunya, bajunya yang begitu tertutup dan kerudung yang menutupi kepalanya sampai bagian dadanya. Terbesit dalam pikiranku “ wanita ini begitu menjaga harkat martabatnya dengan menutup auratnya, subhanallah”. Tak terasa hujan sudah mulai reda, selesailah penantian kami untuk kembali ke rumah dan kamar kami masing-masing.
Hari rabu dimana sekolahku mewajibkan berbaju batik dan celana abu-abu. Aku pun masuk gerbang sekolah, disitu sudah menunggu seseorang yang sangat ditakuti oleh seluruh siswa dan siswi sekolah, karena beliau merupakan seseorang yang bertugas sebagai kesiswaan. Sorot matanya yang tajam melihat kepada semua siswa yang melewati pintu gerbang sekolah, tak terkecuali aku sendiri. Tak lama dari itu bel masuk pun berbunyi, tanda belajar akan dimulai tepat pukul tujuh pagi. Semua siswa-siswi masuk ke kelasnya masing-masing, terkecuali siswa-siswi yang terlambat, mereka mendapatkan hadiah yang tak terlupakan dari pihak kesiswaan. Lantunan ayat suci dibacakan dengan dipimpin oleh seseorang di balik pengeras suara untuk memulai belajar kami. Lima belas menit berlalu, guru pun masuk kelas dengan wajah ikhlas dibalik senyumannya kepada kami. Pelajaran pun silih berganti sehingga mengantarkan kami kepada penantian kami saat belajar, yaitu istirahat. Bel berbunyi diiringi teriakan anak-anak satu kelas “ Horeeee Istirahat”.
Aku berjalan keluar bersama teman satu kelas menuju warung yang tak jauh dari kelas. Aku berjalan dengan obrolan kecil bersama temanku. Ketika kulihat disebrang jalan kulihat wanita yang kulihat kemarin dengan berpakaian tertutup seperti hari kemarin. Dia sedang ngobrol dengan temannya, terlihat senyumnya yang tampak keceriaan dari wajahnya. “Subhanallah” ucapanku yang tak sadar. Tak lama aku melihat dia sambil berjalan “bruukk” aku tak sadar jatuh  karena tersandung ke lubang selokan. Semua orang melihatku dan menertawakanku termasuk dia yang tertawa sambil melihatku. “ Fik, kamu gak apa-apa kan? Kok bisa gini sih? Makanya kalau lagi jalan hati-hati” temanku ade sambil membangunkanku dari jatuh. “Iya de maaf, aku tadi sedang melamun” jawabku sambil memegang kakiku yang agak memar. Bel jam masuk pun berbunyi tanda istirahat sudah selesai, semua siswa masuk ke kelas masing-masing.